Penulis: Prof Dr H Arifin MPd, Rektor Universitas Sebelas April (UNSAP)
Jatinetwork.Com – Ibadah haji bukan hanya sekedar ibadah ritual, ditengah tarik-menarik kekuatan global dalam bentuk wujud kolonialisme modern gaya baru dengan wujud praktik hegemoni dan penindasan suatu negara terhadap negara lain.
Kolonialisme modern yang sedang dipraktikkan oleh sejumlah negara adidaya dalam bentuk perburuan sumber daya alam dan perebutan pengaruh global, yang tak kalah destruktif dibanding kolonialisme tempo dulu, yang mendegradasi dan memporakporandakan hak dan perlindungan terhadap tatnan kehidupan warga negara global.
Praktik kolonialisme terus mengalir dan berjalan menistakan batas-batas sampai titik terendah nilai kemanusian warga global. Seruan dunia internasional, dalam menjaga harkat dan martabat kemanusian warga global, nyaris hampir tidak terdengar yang terjadi justru paradoks dalam menjaga nilai-nilai kemanusian warga global.
Betapa sering narasi idealisme global digaungkan bahwa semua pihak harus menjunjung tinggi HAM, menegakkan demokrasi, dan memupuk kesetaraan. Anomali dari itu semua, justru kekuatan adidaya sedang mempertontonkan praktik kolonial dalam versi baru, dengan memanfaatkan konflik kawasan agar tetap, kekuatan politik dan ekonomi (sumber energi) berada dibawah kendali negara-negara adidaya tersebut.
Pesan Suci
Dalam dunia yang terkungkung oleh kekuatan adidaya, dunia membutuhkan “katalisator” yang mampu menarasikan kembali kesadaran warga global yang telah tercabik-cabik. Esensi sejatinya kesadaran tersebut adalah bahwa warga masyarakat global tidak berharap adanya penjajahan, makhluk yang memiliki nilai kesederajatan, dan tentunya saling melengkapi dalam kehidupan.
Nilai kesadaran inilah pesan suci yang disampaikan oleh ibadah haji. Ibadah haji merupakan refleksi kritis tentang sejatinya kesadaran warga global. Ibadah Haji bukan hanya sekedar ritual rutinitas, melainkan “pesan suci” warga global, terhadap kondisi dunia yang mengabaikan rasa keadilan, penuh dengan retorika, dan bahkan cenderung barbar.
Ibadah Haji bukan sekadar ibadah ritual semata, melainkan pesan suci terhadap kondisi dunia yang timpang dengan adanya kesenjangan ekstrim kehidupan politik dan ekonomi warga dunia.
Isi pesan suci yang terdalam ibadah haji merestorasi hegemoni yang kini menjadi kendala kronis dan akut kehidupan global, dalam upaya mewujudkan kembali harmonisasi kesetaraan warga global.
Ibadah Haji bukan sekedar menaikan “prestise religius”, melainkan ritus transformasi progresif yang menggaungkan gagasan mulia bahwa dunia global harus dibangun di atas kesetaraan dan penghormatan pada harkat dan martabat sejatinya semua warga masyarakat global yang hakiki.
Di Padang Arafah sekarang ini, jutaan orang duduk dalam kekhusyukan doa bersama. Menanggalkan seluruh atribut keduniawian, kesombongan, keserakahan dan kemunafikan, tentunya tanpa adanya pertumpahan darah, tanpa pengungsi yang mengenaskan dalam trauma dan ketakutan, tanpa nuklir, tanpa ledakan bom, dan tanpa penyanderaan, hal ini simbol nyata dari perwujudan harmonisasi kehidupan warga global yang diimpikan.
Dalam ritual lempar jumrah terdapat konfirmasi moral bahwa kesombongan, keserakahan dan kemunafikan global harus dijadikan musuh bersama, jangan dilestraikan melainkan harus dilenyapkan. Adapun tawaf merupakan “putaran pesan suci” terhadap praktik kontraproduktif yang menurunkan harkat dan martabahan kehidupan warga global.
Paling tidak ritual tawaf memberikan pesan suci bahwa dunia membutuhkan orbit yang adil, bukan pusaran kepentingan yang diciptakan para pemimpin adijaya yang tidak peduli dengan harmonisasi kehidupan warga global. Melalui ibadah hajilah kita berharap agar etika global lahir dalam melindungi dan mengangkat harkat dan martabat warga masyarakat global.
Ibadah haji menyadarkan manusia bahwa bumi ini bukan milik sebagian golongan warga masyarakat atau satu sistem ekonomi tertentu, tetapi anugerah bersama warga masyarakat global yang harus diwariskan secara adil ke generasi yang akan datang. Ibadah Haji memberi inspirasi bagi umat manusia untuk menyusun kembali tatanan kehidupan warga masyarakat global.
Spirit ibadah haji, yaitu kesetaraan, keserasian, dan solidarita yang diartikulasikan ke dalam kebijakan warga masyarakat global, tentunya masyarakat dunia mengutamakan hidup berbagi, penuh simpati, berempati, dan saling memahami. Namun, yang kita saksikan dalam tataran kehidupan realitas geopolitik adalah negara di dunia mempraktikan keserakahan tanpa kendali moral.
Pesan suci Ibadah Haji dalam aktualisasi etika global, dengan hamparan jutaan manusia yang beragam, dengan pola ibadah yang sama, ibadah haji menyampaikan pesan bahwa manusia yang berbeda bisa hidup bersama saling bersinergi, maju dan kokoh dengan kekuatan bersama.
Itulah spiritualitas global dalam ibadah haji yang belum pernah berhasil kita aktualisasikan ke dalam struktur kehidupan masyarakat global, dalam mewujudkan kesadaran moral kolektif global, yang dapat ditumbuhkan dari ritual ibadah haji ini. Paling tidak melalui ibadah Haji menuntun masyarakat global agar sadar bahwa masa depan hanya bisa dibangun dan dipertahankan dengan nilai-nilai kebersamaan, saling mengokohkan , dan tanggung jawab lintas sektoral.
Pesan suci utama dari ritual ibadah haji adalah bahwa peradaban yang abadi bukanlah yang paling kokoh atau paling kaya, melainkan yang paling manusiawi. Semoga**