Kalam  

Salat Idul Adha di Masjid Kampung Paseh, Imamnya Doktor Asal Kampung Itu

Penulis

JatiNetwork.Com – Bagaimana suasana Salat Idul Fitri di Kampung Anda Kawan? Masihkah seperti puluhan tahun lalu?

Ya, demikianlah. Sementara di Kota, ketika Masjid serba besar, mewah dengan audio yang pas dan pantas.

Di sini, di Kampung Penulis. Di Paseh, Banjarsari Sumedang. Audionya, sama seperti tahun lalu, bahkan puluhan tahun lalu.

Selalu ada suara, pada saat pengumuman dan khutbah, tapi hilang suaranya saat imam sedang memimpin 2 rakaat salat idul fitri.

Tidak berbeda dengan tahun sebelumnya, khatib yang hadir adalah khatib warga ini, yang selama berpuluh tahun berada di kota.

Baca Juga:  Bagaimana dr Paulus Menyembuhkan Pasien-nya, Baca Ceritanya Gak Bikin Bosen.

Dia adalah seorang Doktor, jebolan pesantren, isinya sangat berisi.

Bukan asal dan tempat dan kesederhanaan, tapi ilmu yang bermanfaat, dari seorang ilmuan kampung yang berpikir kota, dan komunikasi yang sangat baik.

“… telah diwajibkan kepada kalian berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas kaum sebelum kamu, Agar kalian menjadi Insan yang bertaqwa,” katanya dalam salah satu topiknya.

Apakah shaum yang kita lakukan hanya menahan lapar dan haus saja?

Apakah setiap tahun begitu begitu saja?

Ini yang membedakan. Walaupun banyak yang tetap, termasuk cara bersilaturahmi, saling memaafkan.

Baca Juga:  Biografi Michael H. Hart, Pengarang 100 orang Paling Berpengaruh di Dunia

Perubahan berarti, dalam harapan. Harapan untuk berpuasa lebih baik…

Semoga…

Belajar berpuasa sama ulat, bukan ular. Ulat, berpuasa melahirkan kuou kupu yang cantik. Sementara ular, saat dia berpuasa hanya berganti kulit.

***